Senin, 30 Maret 2015

Museum Kedaton Sultan Ternate, Maluku


Temukan beragam warisan peninggalan Kesultanan Ternate di sini. Berlokasi di Kelurahan Sao Sio, Kecamatan Kota Ternate Utara, Kabupaten Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate merupakan museum sejarah karena koleksi yang dipamerkan adalah benda-benda yang berasal dari Kesultanan Ternate dan dari sisa perang pada masa kedatangan orang-orang Eropa di Maluku dan Maluku Utara pada abad ke-15 Masehi. Museum ini berbentuk segi delapan dibangun tahun 1813 oleh seorang arsitektur asal Cina. Berlokasi di bukit Limau dengan bentuk menyerupai seekor singa yang sedang duduk bertopang dengan kedua kaki depannya menghadap ke laut dan dilatarbelakangi Gunung Gamalama. Dari sinilah sejarah pemerintahan Kesultanan Ternate yang pertama dimulai hingga mencapai kejayaannya lalu kemudian direnggut oleh bangsa kolonial. 


Di antara koleksi berbagai peninggalan bangsa Eropa, museum ini juga memiliki sebuah mahkota yang unik dan sakral yang tidak dimiliki istana lainnya di Indonesia, bahkan di dunia. Itu karena mahkota ini memiliki rambut yang dapat tumbuh layaknya manusia sehingga menjadi satu kewajiban untuk melakukan upacara ritualistampa atau pemotongan rambut mahkota setiap satu tahun sekali setiap hari raya Idul Adha. Mahkota ini diperkirakan telah berumur 500 tahun sejak sultan yang pertama berkuasa. Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate memiliki banyak koleksi mulai dari benda geologi, arkeologi, etnografi, sejarah, numismatik/heraldik, filologi, teknologi, seni rupa, hingga keramik. Untuk masuk ke tempat ini pengunjung tidak dipungut biaya. Dibangun 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali dengan luas bangunan 1500 m² di atas tanah seluas 1,5 ha. Sejak 1981 pengelolaan bangunan diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meskipun dalam kesehariannya masih digunakan sebagai kediaman Sultan. Tempat ini baru tahun 1982 diresmikan Menteri kebudayaan saat itu, Daud Joesoef. 


Bangunan Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate adalah salah satu Istana Kesultanan yang menjadi situs peninggalan sejarah dan harus dilindungi dan dijaga dari kerusakan, dilestarikan dan dimanfaatkan sesuai Undang-undang Benda Cagar Budaya. Kesultanan Ternate memang runtuh sejak pertengahan abad ke-17 namun pengaruh Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa. Ternate memiliki andil yang sangat besar dalam kebudayaan Nusantara bagian timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakup agama, adat istiadat dan bahasa. Kesultanan Ternate memiliki peran yang besar dalam pengislaman di wilayah timur Nusantara dan bagian selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh Sultan Zainal Abidin kemudian menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku. Selain itu keberhasilan rakyat Ternate di bawah Sultan Baabullah dalam mengusir Portugis tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pihak pribumi Nusantara atas kekuatan Barat. Kemenangan rakyat Ternate tersebut telah menunda penjajahan Barat di Nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam di Indonesia Timur.


TRANSPORTASI
Untuk menuju tempat ini Anda dapat melalui Bandara Baabullah untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke museum sejauh 3,5 km. Dari Pelabuhan Ahmad Yani jaraknya adalah 1,5 km. Sementara apabila Anda melalui Terminal Gamalama maka jaraknya tidak jauh sekitar 0,5 km.

KULINER
Rasakan bagaimana rasanya kuliner khas daerah ini yaitu pupeda atau kadang sering juga disebut papeda. Merupakan makanan khas daerah Maluku Utara (Ternate)  yang terbuat dari tepung sagu yang direndam dengan air panas. Bentuknya kenyal dan lembut, disajikan dengan kuah ikan sehingga menciptakan rasa yang nikmat. Masyarakat Ternate sangat menyukai pupeda yang disajikan dengan ikan terutama jenis julung-julung. Biasanya saat menyantap makanan ini dengan tangan karena bila menggunakan sendok akan menyulitkan karena lengket. Buah kenari adalah buah yang berkulit keras dimana untuk menghancurkannya perlu palu atau batu. Apabila warna kulit luarnya hitam maka rasanya sangat enak seperti campuran kacang tanah, kacang mente, dan kacang-kacangan yang lain. Bentuk pohon kenari sangat besar dan tinggi tidak seperti kacang- kacangan lainnya. Lalampa adalah nasi dengan campuran bumbu dan ikan yang telah dihaluskan terselip di dalam nasi dan dibungkus daun pisang, kemudian dibakar.  Sajian kepiting kenari juga jangan Anda lewatkan karena memilik rasa yang enak dengan penyajian yang beragam. Cicipi juga nasi kuning yang dibuat dengan pewarna alami kunyit, nasi ini akan sangat nikmat disantap dengan ikan tuna atau cakalang goreng, ditemani sedikit mie goreng, acar dan irisan halus ubi goreng yang agak pedas atau sambel.


TIPS
Waktu kunjungan museum adalah:
Selasa-Minggu            : Pukul 08.00-14.00 WIT
Senin dan Hari libur    : Tutup

Informasi lebih lengkap :
Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate
Kelurahan Sao Sio, Kecamatan Kota Ternate Utara,
Kabupaten Kota Ternate,
Provinsi Maluku Utara.
Telp. (0921) 31249999
Fax. (0921) 3216277

Harga makanan di Ternate tergolong mahal, alasannya adalah bahan baku makanan masih diambil langsung dari Manado. Untuk itu, sebelum memesan makanan, ada baiknya Anda bertanya berapa harganya.


BERBELANJA
Untuk mendapatkan oleh-oleh khas Ternate maka kunjungilah Pasar Gamalama, di Jalan Bousorie. Di tempat ini tersedia perhiasan dari besi putih yang tepat menjadi pilihan oleh-oleh unik untuk dibawa pulang. Perhiasan tersebut bervariasi bentuknya dengan harga sebanding dengan kualitas besi putih yang anti karat. Pandailah menawar dimana sebuah cincin besi putih bisa dibeli dengan harga Rp20.000,00 - Rp30.000,00. Selain perhiasan, dapatkan juga oleh-oleh khas lainnya seperti kue kering kenari dan kacang kenari.


BERKELILING
Setelah mengunjungi Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate maka mengapa tidak Anda berkeliling menikmati wisata sejarah di Maluku Utara. Masjid Sultan Ternate, Masjid ini  terletak di bagian utara kota Ternate tepatnya kurang lebih 100 meter dari Kedaton Sultan Ternate. Dibangun tahun 1606 saat berkuasanya Sultan Saidi Barakati kemudian dilanjutkan oleh Sultan Musafar dan dirampungkan oleh Sultan Hamzah tahun 1648 dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu sedangkan perekatnya digunakan campuran kulit kayu pohon kalumpang. Masjid ini berbentuk segi empat, dimana atapnya mengadopsi bentuk tumpang limas dan tiap tumpang yang dipenuhi terali terukir 360 buah sesuai jumlah hari dalam satu tahun.  


Benteng Kotanaka, berada di samping kanan sebelah utara Kedaton Sultan Tenate, di atas sebuah bukit. Benteng ini diberi nama sesuai nama sebuah mata air yang berada di sekitarnya. Dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda abad ke 18, fungsi dari benteng ini adalah untuk mengawasi gerak-gerik Sultan dan untuk pertahanan Belanda. Kondisi benteng ini hanya bekasnya saja dan telah ditumbuhi pepohonan dan rumput.  Benteng Oranye, Berlokasi di pusat kota dengan kondisi fisik masih utuh, di dalam benteng ini sekarang ditempati oleh kesatuan POLRI dan Angkatan Darat. Benteng ini dibangun tahun 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge (Belanda) dan diberi nama oleh Francois Witlentt Path tahun 1609. Benteng Oranye ini semula berasal dari bekas sebuah benteng tua yang dibangun oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga diberi nama benteng Melayu. 


Benteng ini pernah menjadi pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda (Gubernur Jenderal) VOC Pieter Both, Herarld Reyist, Laurenz Reaal dan J.C Coum. Di benteng ini pula Sultan Mahmud Badarudin II (Sultan Palembang) diasingkan di Ternate tahun 1822 hingga meninggal dunia tahun 1852 dan makamnya terletak di sebelah barat kelurahan Kalumpang Ternate.  Benteng Kalamata, terletak di sebelah selatan pusat kota Ternate dan berjarak 3 km. Dapat dicapai oleh kendaraan darat. Benteng ini sering disebut Benteng Santa Lucia atau juga disebut Benteng Kayu Merah. Nama Benteng Kalamata diambil dari nama seorang Pangeran Ternate yang meninggal dunia di Makassar tahun 1676. Dibangun oleh Piyageta dari Portugis tahun 1540 kemudian dipugar oleh Pieter Both pada masa Belanda tahun 1609. Tahun 1625 benteng ini pemah dikosongkan oleh Geen Huigen Schapen. Benteng yang dikosongkan ini kemudian diduduki oleh bangsa Spanyol hingga tahun 1663 setelah diduduki oleh Belanda. Benteng ini diperbaiki oleh Mayor Von Lutnow tahun 1799. Kondisi fisik benteng ini sekarang sangat baik karena selesai dipugar tetapi tampaknya nilai keasliannya telah diubah karena ada kesan seperti bangunan baru. 


Benteng Tolukko, berlokasi di bagian utara kota Ternate Benteng tepatnya di Kelurahan Dufa-Dufa yang berjarak sekitar 3 km dari pusat kota Ternate dan dapat dicapai dengan kendaraan darat. Dibangun Fransisco Serao, seorang Portugis pada tahun 1540 kemudian direnovasi oleh Pieter Both di masa Belanda tahun 1610. Benteng ini sering disebut Benteng Holandia atau Santo Lucas. Kondisi bentengnya saat ini baik, karena baru saja dipugar, walaupun cara pengerjaannya masih kurang memuaskan sebagai suatu benda peninggalan sejarah masa lalu. Benteng Dever Lacting, berada di pusat kota Kec. Sanana (Desa Mangon) tepat berada di dekat pelabuhan. Nama benteng tersebut adalah Dever Lacting Acting luasnya sekitar 2750 m² dengan ukuran 50 X 55 m². Benteng ini didirikan tahun 1652 oleh Victor Moll. Benteng ini meski telah mengalami kerusakan 60% namun masih tetap dapat Anda rasakan keutuhan dan nuansa masa lalunya. Meriam Antik dan Bunker, berada di Desa Kusu Kec. Kao, ada sebuah lapangan terbang dan 4 buah meriam antik beserta sebuah bunker peninggalan Jepang pada Perang Dunia II. Biasanya tempat ini menjadi tempat yang dikunjungi wisatawan Jepang untuk berjiarah. Benteng Bernaveld, berlokasi di Desa Labuha Kec. Bacan yang menurut tokoh masyarakat setempat benteng tersebut dibangun oleh Portugis pada akhir abad XV dan hingga kini kondisi fisiknya 7O% masih baik.


KEGIATAN
Anda dapat berkeliling menikmati bermacam-macam benda warisan Kesultanan Ternate dan pendatang Eropa di sini. Fasilitas yang tersedia adalah ruang pameran tetap dan ruang penyimpanan koleksi.  Ada singgasana Sultan Ternate yang berwarna emas begitu megah terpajang di museum ini. Selain itu Anda dapat pula melihat peralatan untuk upacara dan acara kesultanan. Di dalam kedaton Anda dapat melihat benda-benda peninggalan milik kesultanan yang khas serta bernilai sejarah seperti mahkota dan Al-Quran tulisan tangan yang tertua di Indonesia serta berbagai peralatan perang. Amatilah bagaimana mahkota sultan dengan sejumlah perhiasan batu permata, emas, perak, intan, berlian mira, zamrud akik dan shafir. Uniknya mahkota ini mempunyai rambut yang selalu tumbuh dan dipangkas pada Hari Raya Idul Adha dalam suatu upacara istampa. Masyarakat adat Ternate menyebut mahkota dalam bahasa daerahstampa. Di depan istana terhampar lapangan Sunyie Ici dan Sunyie Lamo yang biasanya dipergunakan untuk prosesi upacara adat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar