Senin, 13 April 2015

Pasar Terapung Muara Kuin, Kalimantan Selatan




 
  
Pasar terapung merupakan tempat dimana Anda akan menyaksikan atau beraktivitas langsung di pasar sungai menggunakan perahu. Pasar terapung ini berlokasi di Banjarmasin tepatnya di persimpangan Sungai Kuin dan Sungai Barito. Pasar terapung di Banjarmasin merupakan refleksi budaya orang Banjar yang telah berlangsung sejak dahulu. Di Kalimantan Selatan ada ratusan sungai menjadi jalur transportasi penting hingga sekarang. Tempat wisata pun bertumpu pada sungai, seperti pasar terapung Muara Kuin di Kota Banjarmasin ini. Saat Matahari terbit kunjungilah pasar ini yang memantulkan cahaya pagi hari di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya. Pasar Terapung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 


Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul 9 pagi.  Keistimewaan di pasar ini adalah masih seringnya terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk. Para pedagang wanita (dukuh) yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Banjarmasin sebagai ibu kota propinsi adalah pusat perdagangan dan pariwisata. Kota Banjarmasin mendapat julukan Kota Air karena letak daratannya beberapa senti meter di bawah permukaan air laut. Kota Banjarmasin, memiliki luas sekitar 72 km per segi atau sekitar 0,22 persen luas wilayah Kalimantan Selatan. Kota ini dibelah oleh sungai Martapura memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Selain pasar terapung di Muara Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya yang dapat Anda temui adalah di Lok Baintan yang berada di atas Sungai Martapura. Pada tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi sungai Kuin dan Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin. 


Di tepian sungai inilah awalnya berlangsung pusat perdagangan tradisional berkembang. Pedagangnya menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu. Para pedagang ini kebanyakan adalah perempuan yang mengenakan pakaian tanggui dan caping lebar khas Banjar yang terbuat dari daun rumbia. Pasar terapung di muara Sungai Kuin-Barito dapat ditempuh melalui dua rute. Rute pertama, dari Kota Banjarmasin dengan menggunakan angkutan darat yang hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan, rute kedua dengan menggunakan perahu motor yang disebut kelotok. Harga sewa dari sebuah kelotok berkisar antara Rp50.000,00 hingga Rp70.000,00, tergantung dari jumlah penumpang. Apabila menggunakan perahu kelotok, dari Kota Banjarmasin menuju ke pasar Muara Kuin memakan waktu sekitar 1 jam. Pasar Terapung ini bisa ditempuh melalui darat dengan menyusuri Jalan Veteran ke arah luar kota. Kemudian terus sampai ujung dengan mengikuti petunjuk di pinggir jalan. Jalur darat ini sedikit jauh dan serasa berada di pelosok karena dari jalan yang beraspal mulus nanti Anda akan melewati jalanan sawah dan sungai tidak beraspal sepanjang sekitar 2 km. Di Kota Banjarmasin tepatnya di sepanjang Jalan A. Yani Km 14, Anda cobalah cicipi kuliner khas Banjar antara lain soto banjar, ketupat kandangan, kelelepon martapura ataupun nasi itik gambut. Nasi itik gambut ini memiliki cita rasa sendiri yang sangat lembut. 


Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan dan bumbu dengan kualitas nomor satu. Nasi bebek gambut ini dapat ditemui dengan mudah dari Bandara Syamsudin Noor  ke Gambut. Pada pagi hari di Banjarmasin banyak dijual nasi kuning dengan bervariatif mulai dari 2 ribu sampai 5 ribu rupiah tergantung lauknya. Nasi kuning ini biasanya dijual dalam bungkusan daun pisang, lauknya bermacam-macam mulai dari Ikan gabus, telor, hati, ayam, itik sampai daging sapi, dimasak dengan masak merah atau disebut masak habang. Sempatkan perjalanan Anda mampir kemari dan rasakan suasana pasar terapung ini. Anda dapat melihat beragam jenis barang dagangan seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan segar, hasil kebun, hingga kuliner dan kudapan. Anda bisa menyewa perahu jukung yang banyak berada di tepian sungai. Ongkos sewanya Rp60.000,00 Anda bisa mengitari sungai atau ikut bertransaksi. Dapat juga menggunakan perahu motor air atau kelotok dengan harga sewa berkisar Rp50.000,00-Rp70.000,00 tergantung dari jumlah penumpang. Selain pasar terapung, cobalah juga kunjungi Cempaka, yaitu kawasan penambangan intan dan emas, sekitar 47 km dari Banjarmasin. Di tempat ini tahun 1965 pernah ditemukan intan seberat 166,67 karat yang dinamai Intan Trisakti. Hasil penambangan intan biasanya diperjualbelikan di kota Martapura. Selain itu ada juga Pantai Swarangan dan Pantai Batu Lima di Kabupaten Tanah Laut. Di pedalaman, di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ada Air terjun Haratai, Air Terjun Riam Anai, Air Terjun Kilat Api, Air Panas Tanuhi, dan hutan wisata Loksado. Kata “Sasirangan” berasal dari kata “sirang” yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori, polyester yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan. Nah, jadi jangan lewatkan untuk membelinya sebagai oleh-oleh.



TIPS
Karena di pasar terapung ini penjualnya menggunakan klotok maka pasarnya akan mengikuti arus yang ke bawah. Apabila Anda ingin mengabadikan suasana pasar ini dengan foto maka sebaiknya sudah di lokasi pukul 7 pagi untuk mendapatkan suasana keramaian pasar.


TRANSPORTASI
Akses menuju Kalimantan Selatan melalui Bandar Udara Syamsuddin Noor di Banjarmasin. Sudah ada rute dari Banjarmasin antara lain keJakartaSurabaya dan Yogyakarta.

KULINER
Keunikan kuliner di pasar terapung selain para pedagang sayuran dan buahan yang menjual barang dagangannya di atas jukung, juga terdapat warung makan yang juga terapung. Soto Banjar ini merupakan makanan khas dari Banjarmasin yang makannya tidak dengan nasi melainkan dengan lontong. Nikmatilah soto banjar ini di atas perahu sambil melihat hilir mudik kapal dan perahu. Sotonya sendiri selain ada lontong dan kuah juga dilengkapi irisan-irisan daging ayam dan bihun dan tentunya es teh manisnya. 


KEGIATAN
Anda dapat menikmati panorama pasar terapung beserta kehidupan masyarakatnya yang tinggal di sepanjang tepian sungai dengan suasana pedesaan khas Banjar. Datanglah pagi-pagi sekali untuk melihat kesibukannya sehingga menjadi pengalaman tersendiri. Pasar Terapung Muara Kuin berada di muara sungai Kuin dengan Sungai Barito dan mulai berdegup kegiatannya selepas Subuh hingga sekitar pukul 9 pagi. Di sini, pedagang dan pembeli menggunakan perahu yang disebutjukung atau perahu motor air yang disebut kelotok. 


BERKELILING
Untuk dapat berkeliling menikmati pasar apung, Anda juga dapat menyewa sebuah perahu motor air yang disebut kelotok. Harga sewa dari sebuah Kelotok berkisar antara Rp50.000,00 hingga Rp70.000,00 tergantung dari jumlah penumpang. Dengan menggunakan perahu kelotok Anda dapat melihat budaya masyarakat Banjar yang menjual sayur mayur, kue-kue, makanan dan minuman khas Banjarmasin, seperti soto banjar pun bisa dinikmati dari atas perahu atau kelotok, bisa langsung bertransaksi dari perahu ke perahu. 


BERBELANJA
Jelas tema wisata di sini adalah berbelanja dan menghirup suasana tradisional berdagang. Ada banyak barang dagangan dapat Anda beli di sini. Salah satu yang dapat Anda beli adalah kain sasirangan sebagai kerajinan khas Kalimantan Selatan. Kain sasirangan ini dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk yang dipakai lelaki atau sebagai selendang,  kerudung, juga udat (kemben)wanita. Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara-upacara adat, bahkan digunakan pada pengobatan orang sakit. Saat ini, kain sasirangan peruntukannya tidak lagi untuk spiritual sudah menjadi pakaian untuk kegiatan sehari-hari dan merupakan ciri khas sandang dari Kalimantan Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar