Kamis, 16 April 2015

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan, Kalimantan Utara

  
Tidak selamanya kawasan konservasi fauna berada di pedalaman ataupun area-area terpencil yang sulit di akses. Apa yang dimiliki Tarakan begitu mengagumkan karena membuat secuil dari wilayah pusat kota menjadi Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB). Kawasan ini berada di sepanjang Jalan Gajah Mada sekira 1 kilometer dari pusat kota. Bekantan, si monyet berhidung panjang dan besar ini merupakan penghuni utama hutan tersebut. Asal hewan endemik dari Kalimantan ini dihiasi bulu-bulu berwarna cokelat kemerahan dan sering juga disebut sebagai monyet Arborial Old World. Karena mereka tergolong primata yang tidak agresif, banyak tangan-tangan manusia yang memburunya sehingga bekantan kini termasuk dalam daftar merah spesies yang terancam punah di International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Habitat asli bekantan tersebar di sejumlah wilayah di Kalimantan seperti Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Gunung Palung, Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Kutai.


Seperti halnya primata lain yang hidup berkelompok, kawanan bekantan juga memiliki pejantan dominan yang ditakuti oleh anggota kelompoknya. Di KKMB ketua kelompok tersebut diberi nama John dan jumlah anggotanya hingga 35 ekor. Jumlah kelompok yang begitu banyak karena biasanya satu ekor bekantan hanya mampu memimpin 19 anggota. KKMB diresmikan oleh Walikota pertama Tarakan yaitu Jusuf SK. Ia yang memutuskan bahwa kota ini perlu memiliki hutan lindung magrove seluas 9 hektar. Pada awalnya hanya ada dua ekor bekantan yang tinggal, tapi kemudian berkembang biak menjadi 35 ekor yang terdiri dari bekantan dewasa, bekantan muda dan bayi bekantan. Walaupun bekantan tergolong pemalu, tapi di KKMB Anda bisa dengan mudah mengambil gambar karena mereka tidak pergi begitu saja. Jarak terdekat yang bisa Anda miliki adalah sekira 5 meter dari para bekantan. 


Primata ini juga tergolong unik karena makanan pokoknya bukanlah pisang seperti yang kerap dilahap primata lain. Bekantan menyukai daun bakau dan buah-buahan, inilah sebabnya mengapa mereka sulit dijauhkan dari hutan bakau. Selain menciptakan lingkungan yang ramah lingkungan, taman juga berfungsi sebagai pusat pendidikan ekowisata untuk anak-anak dan orang dewasa. Keindahan lain hutan bakau terjadi ketika fenomena air pasang surut. Anda dapat melihat pucuk pohon menjuntai sampai ke akar-akar tunjang dan menyentuh lumpur, sementara itu bekantan bermain di antara pohon sambil mencari ikan dan kepiting. Surutnya air akan menghasilkan gundukan tanah tempat berkumpulnya kepiting dengan bermacam spesies. Ketika air pasang setinggi 60 cm dari dasar pantai, Anda bisa melihat ular-ular laut berenang, ikan julung-julung dan berbagai biota laut lainnya. Bahkan pernah terlihat kawanan berang-berang laut yang jumlahnya kadang mencapai ratusan berimigrasi dari laut ke KKMB


KEGIATAN
Inilah tempat yang tepat untuk mengabadikan lucunya perilaku bekantan. Jika pada umumnya bekantan akan bersembunyi saat melihat manusia, tidak dengan di KKMB. Walaupun letaknya di pinggir jalan raya, pengunjung bebas menikmati para bekantan yang sedang bermain dari pohon ke pohon. Tersedia semacam trotoar dari kayu ulin yang diperuntukkan nagi pengunjung KKMB agar dapat mengamati perilaku bekantan yang sedang makan. Trotoar cukup lebar antara 1,5 sampai 2 meter. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pukul 11.00-14.00 WITA saat mereka turun dari hutan untuk menikmati makanan tambahan seperti pisang, yang didapat dari polisi kehutanan. Pihak pengelola juga menyediakan menara pengamat setinggi 16 meter dengan kapasitas sekitar 10 orang dan terbuat dari kayu ulin. Pengunjung dapat melihat keindahan KKMB dari atas, bersamaan dengan panorama pesisir laut dan sebagian sudut Kota Tarakan. KKMB terbuka untuk umum pukul 09.00-17.00, biaya masuknya  seharga Rp3 ribu per orang.


KULINER
Belum mengunjungi Tarakan jika belum merasakan nikmatnya makanan laut kota ini. Hidangan yang paling terkenal adalah kepiting soka yang merupakan kepiting bercangkang lembut sehingga setiap bagian tubuhnya memungkinkan untuk dimakan. Kerang kapah merupakan menu lain yang patut dicoba. Disajikannya dengan cara direbus kemudian diadu dengan sambal khas Tarakan yang menggugah selera. Hampir seluruh rumah makan di pesisir Tarakan menyediakan kapah, baik yang sudah matang maupun yang masih mentah untuk dibawa pulang.


TRANSPORTASI
Bandara Internasional Juwata di Tarakan melayani penerbangan dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Banjarmasin, Balikpapan, Malinau, Tanjung Selor, serta Tawau dan Kota Kinabalu (Malaysia). Maskapai yang beroperasi antara lain Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Susi Air, Kalstar Aviation, dan Maswings. Dari bandara terdapat taksi resmi yang dapat mengantar Anda berkeliling Kota Tarakan, termasuk ke Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. Untuk transportasi laut, kota ini memiliki 4 pelabuhan yaitu Tengkayu Pelabuhan I, Tengkayu Pelabuhan II, Pelabuhan Malundung, dan Pelabuhan Laut Juwata. Melalui jalur laut, Tarakan dihubungkan dengan Kota Tawau, Sabah, Malaysia dan Pulau Jawa serta Sulawesi.


BERBELANJA
Pasar Oleh-Oleh di Pelabuhan Teng Kayu dapat dijadikan destinasi terakhir saat berkunjung di Tarakan. Masih tetap istimewa dengan makanan lautnya, kali ini Tarakan menyajikan beraneka macam kerupuk hasil olahan laut, kerupuk ikan asin salah satunya.

AKOMODASI
Karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Banjarmasin, Anda bisa mencari hotel dan penginapan di Banjarmasin. Berikut ini beberapa referensi hotel yang ada di Banjarmasin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar