Minggu, 19 April 2015

Kawah Ijen, Jawa Timur

   
Inilah salah satu pesona keindahan alam Indonesia yang luar biasa dan telah memukau banyak wisatawan dari berbagai negara. Di sinilah dapat Anda lihat danau kawah luas yang menakjubkan bersama api berwarna biru dari belerangnya saat malam hari. Selain menjadi tujuan wisata naik gunung, Kawah ijen juga merupakan tempat penambangan belerang tradisional yang hilir-mudik di arena bekas letusan kawah yang sebenarnya masih aktif. Gunung Ijen sendiri berada di kawasan Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Klobang Kabupaten Bondowoso. Gunung ini berada 2.368 meter di atas permukaan laut dimana puncaknya merupakan rentetan gunung api di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru dan Merapi. 


Kawah Ijen merupakan tempat penambangan belerang terbesar di Jawa Timur yang masih menggunakan cara tradisional. Ijen memiliki sumber sublimat belerang yang seakan tidak pernah habis  dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri kimia dan penjernih gula.   Kawah Ijen merupakan salah satu kawah paling asam terbesar di dunia dengan dinding kaldera setinggi 300-500 meter dan luas kawahnya mencapai 5.466 hektar. Kawah di tengah kaldera tersebut merupakan yang terluas di Pulau Jawa dengan ukuran 20 km. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter. Kawah tersebut terletak di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding kaldera. Pemandangan Kawah Ijen begitu menakjubkan ketika disinari Matahari pagi dengan memancarkan kemilau hijau toska. Sinaran yang juga menerpa dari balik Gunung Merapi, saudara kembar Gunung Ijen jangan sampai Anda lewatkan untuk diabadikan oleh kamera. Air kawahnya tenang berwarna hijau kebiruan namun Anda tidak diperkenankan menuruninya karena air kawah bervolume sekira 200 juta meter kubik itu panasnya mencapai 200 derajat celcius. 


Derajat keasaman kawah tersebut sangat tinggi mendekati nol sehingga bisa melarutkan pakaian bahkan tubuh manusia dengan cepat. Dini hari pukul 01.00, saat Matahari belum membiaskan pijarnya menguak keindahan danau kawah ini ada keajaiban lain yang dihadirkan Ijen. Di bawah kawahnya berpijar api biru (blue fire) dari cairan belerang yang mengalir tanpa henti untuk dikeringkan oleh angin kemudian menjadi batu dan dicacah para penambang. Bongkahan belerang tersebut kemudian ditempatkan pada dua keranjang kayu dan dipakul menuruni gunung sejauh 3 km. Bukan beban yang ringan sebab berat keranjang pikul tersebut bisa mencapai 100 kg. Di tenggara kawah terdapat lapangan solfatara yang merupakan dinding danau Kawah Ijen. Di bagian barat terdapat Dam Kawah Ijen yang merupakan hulu dari Kali Banyupait. Lapangan solfatara Gunung Kawah Ijen selalu melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang tinggi dan bau gas yang kadang menyengat. Dam Kawah Ijen merupakan bagian dari objek wisata menarik tetapi tidak selalu dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan jalan untuk menuju ke sana cukup sulit dan sering rusak karena longsor. Dam Kawah Ijen adalah bangunan beton yang dibangun sejak zaman Belanda dan dimaksudkan untuk mengatur level air danau agar tidak menyebabkan banjir air asam. Tetapi bendungan ini sekarang tidak berfungsi karena air tidak pernah mencapai pintu air akibat terjadinya rembesan air danau di bawah dam.


KEGIATAN
Saat pagi hari, ketika Matahari mulai menyinari kawasan Kawah Ijen, pemandangan indah dapat Anda nikmati. Kawah Ijen yang berwarna hijau kebiruan berpendar oleh cahaya Matahari yang berwarna keemasan memantul di bawah kawah. Saat yang paling tepat untuk menyaksikan keindahan Ijen pada dini hari antara pukul 02.00 hingga 04.00. Saat itu Anda dapat menyaksikan bagaimana pijaran api biru (blue fire) dari bawah kawah. Apabila Anda ingin turun ke bawah kawah untuk melihat api biru maka wajib disertai pemandu. Kenakan masker dan kaca mata pelindung itu karena selain bau belerang yang sangat menyegat, asap belerang dari aktivitas para penambang akan dengan mudah menyerang dan membaut pedih mata. Kawah Ijen dari atas Gunung Ijen terlihat sangat indah. Kawah ini merupakan danau besar berwarna hijau kebiruan dengan kabut dan asap belerang yang sangat memesona. Selain itu, udara dingin dengan suhu 10 derajat celcius, bahkan bisa mencapai suhu 2 derajat celcius, ini jelas akan menambah sensasi tersendiri bagi Anda. Berbagai tanaman yang hanya ada di dataran tinggi juga dapat Anda temukan, seperti bunga edelweis dan cemara gunung. Jalan tanah menanjak dengan ketinggian 2.700 di atas permukaan laut akan Anda lalui dengan berjalan kaki. Perjalanan menuju ke Kawah Ijen akan membuat Anda menghargai kehidupan ini. Para penambang belerang dengan tekun mengangkut belerang dengan beban luar biasa berat apalagi kalau harus diangkut melalui dinding kaldera yang begitu curam menuruni gunung sejauh 3 km.


Berkenalanlah dengan mereka, sapa dan Menyaksikan Penambang Belerang Salah satu yang akan Anda saksikan langsung di Kawah Ijen adalah adanya penambang belerang tradisional. Penambang belerang tradisional ini konon hanya terdapat di Indonesia yaitu di Welirang dan Ijen. Tempat pengambilan belerang terdapat di dasar  kawah sejajar dengan permukaan danau. Mereka dengan berani mendekati danau untuk menggali belerang dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan keranjang. Para penambang belerang ini mengambil belerang dari dasar Kawah Ijen sejauh 3 km. Di tempat tersebut asap cukup tebal namun mereka dengan peralatan penutup hidung sekadarnya tetap mencari lelehan belerang. Sebuah pertaruhan nyawa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Lelehan belerang diperoleh dari pipa yang menuju sumber gas vulkanik mengandung sulfur. Gas ini dialirkan melalui pipa lalu keluar dalam bentuk lelehan belerang berwarna merah. Setelah membeku belerang tersebut akan membeku berwarna kuning. Bekuan belerang inilah yang akan diambil oleh pekerja tambang. Sebelumnya belerang dipotong dengan linggis kemudian langsung diangkut menggunakan keranjang. Setelah belerang dipotong, penambang akan memikulnya melalui jalan setapak. Beban yang dipikul cukup berat antara 80 hingga 100 kg. 


Para penambang sudah terbiasa memikul beban yang berat ini sambil menyusuri jalan setapak di tebing kaldera menuruni gunung sejauh 3 kilometer.  Dalam sehari mereka hanya dibolehkan 2 kali naik-turun kawah. Semua penambang akan berkumpul di bangunan bundar kuno peninggalan Belanda yang dikenal dengan “Pengairan Kawah Ijen” yang sekarang disebut sebagai Pos Bundar. Di sini penambang menimbang muatannya dan mendapatkan secarik kertas tentang berat muatan dan nilainya. Di pos pengumpulan belerang Anda dapat melihat dan merasakan ritual harian penambang belerang. Beberapa dari mereka rehat di keteduhan meregang otot, beberapa yang punya karung mengemas bongkah-bongkah hasil tambangannya. Truk terakhir datang membawa serta pengurus  koperasi. Pengurus mengabsen penambang satu per satu yang dipanggil maju mengangkat pikulannya ke atas penimbang. Angka yang ditunjuk oleh penimbang lalu diubah ke dalam Rupiah yang dibayar sore itu juga. Penghasilan yang diterima seorang penambang belerang dalam sehari tidak sebanding dengan ancaman yang dekat dengan nyawa mereka. Satu orang penambang biasanya hanya mampu membawa satu kali angkut setiap harinya  mengingat beratnya pekerjaan dan jalan yang dilalui. Jangan sungkan, baurkan diri Anda bersama penambang belerang di Kawah Ijen. Meski hidup terasa berat dan keras, mereka tetap ramah dan bercanda, bahkan akan memberi jawaban atas setiap keingintahuan Anda


TRANSPORTASI
Anda dapat mencapai Kawah Ijen melalui dua alternatif rute berikut ini. Pertama, rute dari Banyuwangi menuju Licin yang berjarak 15 km yang dapat dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua atau empat selama sekitar 30 menit. Rute ini lebih sulit dilalui karena kondisi jalan yang rusak. Biasanya digunakan oleh para pendaki untuk rute pendakian Gunung Ijen. Rute ditempuh dari Banyuwangi lalu menuju Kecamatan Licin. Dari Licin menuju Paltuding yang berjarak sekitar 18 km perjalanan dapat diteruskan dengan kendaraan bermotor terutama jenis jeep double gardan karena sekitar 6 km sebelum sampai di Paltuding melewati jalan yang dinamakan tanjakan erek-erekyaitu berupa belokan berbentuk S dan sekaligus menanjak, perjalanan memerlukan waktu sekitar satu jam, karena jalanan sering rusak oleh air hujan maupun dilewati truk pengangkut Belerang setiap hari. Dari Patulding Anda tinggal berjalan kaki melewati jalan setapak dan tebing kaldera sejauh 3 kilometer menuju dasar Kawah Ijen. Total jarak tempuh melewati rute ini adalah 38 kilometer. Kedua, rute jalan utara dari Situbondo menuju Sempol (Bondowoso) melalui Wonosari kemudian dilanjutkan ke Paltuding yang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat. Rute ini lebih mudah dilalui karena kondisi jalan yang bagus dan relatif mulus. Rute ini dapat ditempuh dari Bondowoso, lalu menuju Wonosari, lalu ke Sempol dan akhirnya ke Patulding. Jarak Situbondo sampai Paltuding adalah 93 km dan kondisi jalan sampai Paltuding boleh dikatakan sangat bagus sehingga dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam. Dari Patulding Anda tinggal berjalan kaki melewati jalan setapak dan tebing kaldera sejauh 2 kilometer menuju Kawah Ijen. 


Jarak tempuh melewati rute ini adalah 70 kilometer dengan pemandangan pohon kopi dan hutan pinus yang memesona. Rute dari Bondowoso ini melalui daerah terbatas areal perkebunan kopi dengan tiga pintu gerbang yang berbeda. Di setiap pintu gerbang Anda diminta untuk mengisi buku tamu dan tujuan perjalanan. Pemandangan di rute ini sangat bagus dengan kebun kopi arabikanya yang hijau teratur, hutan pinus Perhutani dan hutan perawan Cagar Alam Ijen-Merapi yang lebat. Kunjungan singkat satu hari dapat dilakukan namun bermalam di perkebunan kopi atau Paltuding  adalah pilihan yang tepat. Tersedia paket agrowisata mengunjungi kebun kopi dan unit pemrosesan biji kopi yang patut Anda pertimbangkan. Anda dapat menuju Bondowoso maupun Banyuwangi dengan transportasi umum dari Surabaya. Jarak dari Surabaya ke Bondowoso maupun Banyuwangi sekira 200 kilometer.  Untuk menuju ke kawah ijen, perjalanan akan melintasi keindahan hutan lindung. Di sepanjang perjalanan menuju ke Kawah Ijen, terlihat para pekerja tambang belerang dalam kendaraan truk pengangkut menuju ke kawah ijen, perjalanan sangat menantang dan tentunya menguras tenaga.  Setibanya di kawasan Paltuding maka ini adalah titik awal menuju ke Kawah Ijen dimana Anda harus berjalan mendaki sekitar 1,5 jam. Paltuding adalah lokasi kaki gunung dengan ketinggian 1.800 m dpl, jadi pastikan Anda membawa baju hangat yang mencukupi.


KULINER
Apabila Anda mengunjungi Kawah Ijen dari Banyuwangi maka di Banyuwangi ada Rujak Soto yang dapat Anda cicipi. Kebanyakan dijual di warung-warung. Warung di depan Stadion Diponegoro Banyuwangi adalah salah satu yang terkenal. Rujak Soto, merupakan paduan Rujak Cingur dan Soto Babat tapi rujaknya berbeda dengan Rujak Cingur Surabaya. Selain tidak memakai cingur perbedaan lain terletak dari petis yang digunakan. Petisnya terasa keset dan lebih nikmat dibandingkan petis biasa. Untuk sotonya, mirip soto Madura tapi hanya menggunakan daging babat saja. Rujak soto ini tak jauh ubahnya seperti rujak yang disiram soto namun diitambah taburan kerupuk mlinjo dan kerupuk udang sehingga menjadikannya makanan nan gurih.


AKOMODASI
Apabila Anda khusus datang untuk manaiki kawah pagi-pagi sekali maka penginapan di Paltuding tersedia 2 wisma milik Departemen Kehutanan yang dapat disewa untuk umum mulai dari harga Rp100.000,00 hingga Rp300.000,00 per malamnya. Perbedaan di antara keduanya hanyalah ada dan tidaknya kamar mandi di dalam kamar. Paltuding merupakan camping ground sehingga pengunjung diizinkan mendirikan tenda. Jadi, berkemah di sini pun bila Anda berminat maka mengapa tidak. Di Paltuding ada 2 warung yang biasanya tutup setelah tengah hari. 1 warung letaknya tidak jauh dari dapur pengolahan belerang. Warung ini sebenarnya untuk melayani para penambang namun kadangkala pengunjung pun makan di sana. Pemiliknya adalah Bapak Im dan beliau sekaligus sebagai seorang pemandu berpengalaman. Di warung ini ada cenderamata yang dapat Anda beli yaitu kaos bergambar Kawah Ijen atau yang istimewa belilah keranjang belerang mini yang terbuat dari bambu diisi dengan serpihan kecil belerang kuning. Benar-benar mirip aslinya. Hiasan dari cetakan khusus berbahan belerang juga tersedia di warung serta Pos Bundar. Apabila Anda memilih penginapan yang ada Banyuwangi maka ada banyak pilihannya. Lokasi hotel ini berdekatan dengan Pelabuhan Katapang Banyuwangi atau di tengah kota. 


TIPS
Untuk menuju bawah Kawah Ijen demi melihat api biru maka wajib menyewa seorang pemandu setempat yang berpengalaman. Mereka hapal pijakan batu yang aman dan waktu serta lokasi terbaik untuk foto. Selain peralatan treking yang ringan dan bekal air minum, jangan lupa membawa sapu tangan basah atau masker penutup hidung yang sangat diperlukan di sini karena seringkali arah angin membawa asap menuju ke jalur penurunan.  Tanpa masker, di sekitar lokasi penambangan maka Anda akan selalu dipaksa memunggungi kawah. Apabila mata Anda terkena asap belerang dan terasa pedih maka usahakan tidak menggosoknya karena dapat membuat iritasi meski tidak berbahaya. Cukup biarkan tahan saja beberapa saat sembari menghindar ke balik bebatuan. Demi alasan keamanan, pendakian dari Paltuding ditutup selepas pukul 14.00 karena pekatnya asap dan kemungkinan arah angin yang mengarah ke jalur pendakian. Idealnya pendakian dilakukan pagi  hari sebelum belerang naik. 


Jika mendaki di atas pukul 10.00 maka kecil kemungkinan bisa melihat kawah secara utuh. Barang sebentar asap membekap sebelum akhirnya terusir angin dan sebagian kawah tersingkap. Begitulah hal tersebut berulang terjadi. Apabila Anda berniat berpetualang lebih jauh maka dapat mengelilingi kaldera di kawasan ini tetapi persiapkan fisik dan perlengkapan trekking yang lengkap karena perjalanan memakan waktu mencapai 8 hingga 10 jam berjalan kaki. Taatilah rambu-rambu demi keselamatan Anda, terutama untuk tidak turun ke pinggiran kawah karena keselamatan menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Apabila Anda ingin memfoto para penambang belereng di sekitar kawah atau saat pendakian maka jangan mengarahkan kamera langsung ke wajah. Kalaupun ingin mengambil foto close up maka sebaiknya lakukan dari jarak jauh dengan lensa tele. Tidak ada salahnya Anda menyediakan sebungkus rokok atau kembang gula untuk media pergaulan saat berbaur dengan penambang tersebut.

1 komentar:

  1. Selamat Malam Mbak Tania,aku mau nanya nih soal pendakian ke Gunung Ijen tahun lalu,mbak pernah tidak melihat fenomena Api Biru pada malam hari? Aku butuh informasi nih....

    BalasHapus