Berkunjung ke Madura belum lengkap rasanya apabila Anda tidak menyambangi Museum Keraton Sumenep. Lokasinya terletak di tengah kota, di Jalan Dr. Sutomo,Sumenep, tepatnya di belakang Keraton Sumenep. Museum ini menyimpan beragam peninggalan bersejarah dari Keraton Sumenep dimana sebagian besar merupakan peninggalan bangsawan Sumenep Di museum ini Anda dapat melihat beragam koleksi menarik mulai dari kereta keraton buatan abad ke-18, keramik dari Dinasti Ming, naskah kuno, peralatan pertanian dan nelayan kuno, prasasti, arca, hingga koleksi ragam senjata seperti: keris, tombak, pedang, meriam, ada juga alat rumah tangga kerajaan, serta peralatan pribadi anggota kerajaan. Anda dapat melihat Alquran tulisan tangan raksasa berukuran 4 X 3 meter dengan berat 500 kg. Alquran tersebut dibuat tahun 2005 oleh seorang wanita bernama Yanti dari Desa Bluto dengan waktu pembuatan selama enam bulan. Keraton Sumenep sendiri dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I tahun 1762. Arsiteknya adalah Liaw Piau Ngo dari China yang memadukan gaya arsitektur Islam, Eropa, China, dan Jawa. Bangunannya terdiri dari bangunan induk keraton, taman sare, dan ladang museum. Disetiap ruangan terpajang berbagai benda yang menjadi saksi kekuasaan dan keberadaan Museum Keraton. Di museum ini Anda juga tersisa pemandian putri Keraton Sumenep.
Akan tetapi, sayang kurang terawat dan dihuni ikan-ikan kecil. Bagian pertama museum ini yaitu yang terdapat di luar keraton merupakan tempat menyimpan kereta kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris. Kereta kerajaan tersebut sampai sekarang masih dipergunakan saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep. Bagian kedua museum terdapat di dalam Keraton Sumenep. Dalam ruangan ini tersimpan alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja. Ada juga senjata-senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang, bahkan samurai dan baju besi. Beragam guci dan keramik dari Tiongkok menghiasi etalase museum seakan ingin menjelaskan eratnya jalinan hubungan antara kerajaan Sumenep dan kerajaan China. Ada pula arca, baju kebesaran sultan dan putri Sumenep, serta kamar tidur raja Sumenep yang tidak boleh dimasuki oleh pengunjung. Tersimpan pula fosil ikan paus yang terdampar di Pantai Sumenep tahun 1977. Di museum ini Anda juga dapat juga melihat Alquran yang ditulis oleh Sultan Abdurrachman. Cobalah Anda cari koleksi unik museum ini yaitu berupa piring ajaib yang dikenal dengan nama magic rower. Piring nasi tersebut diyakini memiliki kekuatan magis dimana nasi yang dihidangkan di atasnya tidak basi meskipun sudah satu minggu. Piring ini merupakan tempat nasi berbentuk oval dengan gambar Raja Sampang Condronegoro (1830) hadiah bagi raja Sumenep ke-32, Sultan Abdurrahman Pakunataningrat (1811-1854). Bagian ketiga berada di dalam keraton yang disebut Museum Bindara Saod karena dahulu merupakan tempat Bindara Saod menyepi (Rumah penyepian Bindara Saod). Ruangan ini terdiri lima bagian yaitu teras rumah, kamar depan bagian timur, kamar depan bagian barat, kamar belakang bagian timur dan bagian barat.
Baik Museum, Museum Kantor Koneng dan Museum Bindara Saod, ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keraton Sumenep sendiri dikenal dengan sebutan Potre Koneng (Putri Kuning). Julukan ini diberikan karena dahulu pernah hidup seorang permaisuri yaitu Ratu Ayu Tirto Negoro. Putri ini berasal dari China dan terkenal memiliki kulit kuning bersih. Untuk menghormati sang permaisuri maka atap Keraton Sumenep diberi warna kuning cerah. Di dalam keraton terdapat Pendopo Agung, Kantor Koneng, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirto Negoro yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda kuno. Pendopo Agung sampai saat ini masih dipakai sebagai tempat diadakannya acara-acara kabupaten seperti penyambutan tamu, serah terima jabatan pemerintahan, dan acara kenegaraan lainnya. Sedangkan Kantor Koneng atau kantor raja adalah ruang kerja Sultan Abdurrachman Pakunataningrat I selama masa pemerintahannya tahun 1811 sampai 1844 Masehi. Sumenep sendiri kini menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Sumenep memiliki wilayah yang terdiri dari dataran dan 126 pulau meliputi 27 kecamatan.
KEGIATAN
Seperti kegiatan wisata museum umumnya, pengunjung yang dapat mengetahui informasi mengenai perjalanan panjang sejarah Keraton Sumenep. Anda dapat memperoleh pengetahuan sejarah masa awal Keraton Sumenep hingga masa kini dalam nuansa bangunan dan lingkungan bangunan yang berakulurasi dengan indahnya. Setelah Anda puas menyusuri ruang dan mengamati setiap koleksi yang ada di museum ini maka Anda bisa sekalian berjalan-jalan di sekitar keraton untuk melihat kondisi di dalam dan luarnya. Anda juga bisa mengunjungi Masjid Agung Sumenep yang berada tidak jauh dari Keraton Sumenep. Masjid ini terletak di pusat kota tepatnya di seberang jalan alun-alun Sumenep. Menurut catatan sejarah pembangunan masjid ini dimulai tahun 1779 dan selesai tahun 1787 saat pemerintahan Panembahan Sumolo. Masjid ini merupakan salah satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia. Selain mengunjungi museum dan masjid, di Sumenep Anda dapat mengunjungi Asta Tinggi di Desa Kebun Agung, Kecamatan Kota, Sumenep. Tempat tersebut merupakan lokasi pemakaman para raja dan keluarga raja di Kota Sumenep. Asta Tinggi sering diziarahi banyak orang khususnya pada musim libur. Kadang tempat ini juga dijadikan tempat semedi orang yang memiliki hajat dunia. Menjelang Ramadan, kompleks pemakaman Asta Tinggi selalu disesaki peziarah baik dari Madura maupun dari Pulau Jawa.
TRANSPORTASI
Untuk menuju kota Sumenep Anda dapat menggunakan jalur darat melalui jembatan Suramadu dari Surabaya lalu langsung menuju ujung timur Madura. Perjalanan dari Pelabuhan Kamal ke kota Sumenep dapat ditempuh dengan bus maupun minibus dengan lama perjalanan sekitar 3 jam. Melalui jalur laut ada pelabuhan yang terletak di beberapa kecamatan seperti Kalianget, Masalembu, Sapeken, Gayam, Nonggunong, Arjasa, dan Raas. Perjalanan dengan kapal feri melalui jalur laut dari Surabaya ke Sumenep akan menyeberangi Pantai Utara Jawa melewati Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya menuju Pelabuhan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura. Perjalanan kurang lebih setengah jam menuju pelabuhan di ujung barat Pulau Madura. Letak Keraton Sumenep sendiri berjarak sekitar 90 km dari Pelabuhan Kamal. Untuk jalur udara ada lapangan udara perintis di Kecamatan Sumenep dan 2 bandara khusus di Kecamatan Sapeken yang awalnya digunakan oleh Pertamina.
TIPS
Anda yang berkunjung ke Keraton Sumenep dapat memperoleh keterangan tambahan mengenai sejarah dan perkembangan keraton dari pengelola keraton yang dapat bertindak sebagai pemandu untuk berkeliling.
Karcis masuk Museum Keraton Sumenep:
Dewasa: Rp5.000,00
Anak-anak: Rp500,00
Dewasa: Rp5.000,00
Anak-anak: Rp500,00
Jadwal buka Museum Keraton Sumenep:
Buka setiap hari pukul 18.00-16.00 kecuali Senin libur.
Buka setiap hari pukul 18.00-16.00 kecuali Senin libur.
AKOMODASI
Saat Anda berkunjung ke Sumenep, tidak perlu khawatir dengan akomodasi. Di sini terdapat beragam tempat menginap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar