Rabu, 15 April 2015

Bumi Cempaka, Kalimantan Selatan


Di bumiku nang sugih kaya, Basambunyian batu mulia, Wadah basimpan di dalam bumi, Jadi idaman saluruh nageri, Galuh basimpan di dalam bumi, Batu mulia si galuh sari, Handak 'ku ambil di dalam bumi, Ambili galuh di bumi partiwi. Demikian penggalan lirik lagu berbahasa Banjar berjudul ”Galuh Cempaka” yang diciptakan M. Thamrin untuk melukiskan kekayaan perut Bumi di Kecamatan Cempaka, di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Batu mulia, tepatnya intan (biasa disebut galuh oleh penduduk lokal), adalah salah satu kekayaan yang dimaksud di lagu tersebut. Berjarak sekira 47 km dari Banjarmasin, Ibu kota Kalimantan Selatan atau sekira 7 km dari pusat kota Banjarbaru, Kecamatan Cempaka sejak dulu terkenal sebagai lokasi pendulangan intan dan emas dengan cara tradisional. Lokasi mendulang ini kebanyakan berada di Sungai Tiung dengan dua titik yang paling terkenal, yakni Pumpung dan Ujung Murung. 


Di lokasi pendulangan, Anda dapat melihat bagaimana para pendulang masih menggunakan cara tradisional untuk menyisihkan batu mulia dari pasir atau lumpur sungai. Lokasi yang menjadi tempat mendulang bisa mencapai kedalaman 15 meter. Para pendulang bisa menghabiskan waktu seharian di sana dengan mengandalkan alat yang disebut linggangan, berbentuk kerucut seperti caping terbalik dan terbuat dari kayu. Untuk mengambil air dan mencuci hasil temuan digunakan pompa air listrik. Pendulang biasanya bekerja dalam kelompok terdiri dari dari 10 sampai 15 orang. Yang menarik adalah adanya tabu tertentu menurut kepercayaan masyarakat lokal dalam mendulang intan di Cempaka, yaitu tabu bagi mereka menyebutkan kata "intan" atau berlian.  Penyebutan kata intan atau berlian dipercaya akan mendorong batu mulia pergi. Oleh karenanya, mereka menyebutnya dengan sebutan "galuh".


Intan Trisakti
Cempaka pernah menarik perhatiaan dunia pada 26 Agustus 1965. Kala itu, intan dengan kualitas unggul seberat 166,75 karat ditemukan di Cempaka oleh kelompok  pendulang yang diketuai H. Madsalam. Ukurannya konon hampir seukuran telur burung merpati. Oleh Presiden Soekarno, berlian itu diberi nama Trisakti. Nilai batu mulia tersohor itu kala itu, menurut Tajuddin Noor Ganie, penulis buku “Tragedi Intan Trisakti”, ditaksir mencapai Rp10 triliun bahkan kian melambung setelah diasah. Para penemunya yang berjumlah 43 orang mendapat ganti senilai Rp3,5 miliar. Namun, karena ada sanering (perubahan nilai uang dari Rp 1.000 menjadi Rp 1), nilai uang yang diterima menjadi Rp3,5 juta. Dengan sejumlah uang tersebut, para pendulang, keluarganya, dan pihak lain yang terlibat dalam penemuan Trisakti mampu membiayai pergi naik haji (dengan total 80 orang). Sayangnya, intan berharga tersebut kini tidak diketahui keberadaannya. Beberapa orang percaya bahwa Trisakti ada di salah satu museum di Belanda. Meski ada ditemukan intan berukuran lebih besar dari Trisakti di Cempaka tapi tetap tak bisa mengalahkan kesohoran Trisakti. Intan terbesar tersebut memiliki berat 200 karat, diberi nama Putri Malu yang ditemukan tepatnya di Antaruku, Kecamatan Pengaron, pada 2008 lalu. Pernah pula diketemukan Galuh Cempaka 5 seberat 106,7 karat pada 1850. Galuh Pumpung dengan bobot 98 karat tercatat ditemukan pada 1990. Cempaka dinobatkan sebagai tempat wisata sejak tahun 1990-an, dan menarik perhatian baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Selain bisa melihat aktivitas pendulangan di lokasi tersebut,  wisatawan bahkan bisa membeli langsung hasil mendulang berupa intan mentah. Apabila ingin melihat lebih banyak varian intan atau membeli intan yang sudah diolah maka Anda dapat pergi ke Pasar Permata Cahaya Bumi Selamat di Kota Martapura yang hanya berjarak sekira 5 kilometer dari Cempaka.  Tidak ada catatan resmi yang mengungkapkan kapan pendulangan intan dimulai di Cempaka. Beberapa menyebutkan bahwa aktivitas pendulangan sudah dimulai sejak zaman Kolonial Belanda yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi. Versi lain menyatakan bahwa intan dan batu mulia lainnya telah ditambang di Cempak sejak awal abad ke-9.


TRANSPORTASI
Dari Banjarmasin, untuk mencapai Cempaka yang luas wilayahnya 146,7 km², Anda harus terlebih dulu menuju Banjarbaru. Jarak tempuh menuju Banjarbaru adalah sekira  satu jam perjalanan. Dari pusat kota Banjarbaru dibutuhkan waktu sekira 15 menit berkendara untuk sampai ke lokasi pendulangan. Cara terbaik adalah dengan menyewa mobil atau memilih paket wisata bersama pemandu. Akan tetapi, Anda juga dapat mengandalkan angkutan umum dari Banjarmasin ke Banjarbaru dan menuju ke lokasi mendulang di Cempaka.


AKOMODASI
Mengingat Bumi Cempaka dekat dengan ibu kota provinsi (1 jam perjalanan) maka untuk mendapatkan pilihan akomodasi yang lebih memadai, Anda bisa memilih untuk menginap di Banjarmasin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar