Minggu, 05 April 2015

Monumen Khatulistiwa, Kalimantan Barat


Diantara semua negara di dunia, hanya 12 negara yang berdiri diatas garis Khatulistiwa. Dua kota yang berada di 12 negara tersebut, hanya satu yang bediri tepat di garis katulistiwa tepat memisahkan belahan bumi selatan dan utara. Pontianak, ibu kota provinsi Kalimantan Barat yang sebelumnya dikenal sebagai Borneo Barat, menjadi satu-satunya kota di dunia yang duduk tepat di garis Khatulistiwa, sebuah fakta yang tidak memerlukan persetujuan atau perjanjian internasional. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa monumen katulistiwa dibangun di kota ini. 


Dengan menggunakan alat-alat dan metode sederhana, seorang ahli geografi dan penjelajah asal Belanda memimpin sebuah misi untuk menemukan sebuah kota di garis Khatulistiwa. Akhirnya, tahun 1928, ia menemukan kota dengan sungai terpanjang di kepulauan Indonesia berdiri tepat di garis Khatulistiwa. Dia segera menandai tempat di tepi Sungai Kapuas Kecil ini dengan tiang sederhana dan panah. 70 tahun kemudian, melalui renovasi dan rekonstruksi yang dilakukan Badan Teknologi Terapan Indonesia mengadakan studi untuk mengetahui posisi tepat garis katulistiwa dengan menggunakan sistem posisi geografis. Meskipun terdapat perbedaan jarak yang cukup besar namun tim penemu pertama tetap dikagumi, dihormati, dan tidak akan pernah terlupakan. Monumen Khatulistiwa awalnya dibangun dari empat pilar kayu ulin. Kayu ulin itu didapat secara lokal dan dibangun untuk menjaga posisi panah tetap stabil karena merupakan simbol orientasi dan rujukan. Kata yang berasal dari bahasa Belanda: 'EVENAAR' tertulis jelas di panah yang berarti  'Khatulistiwa' dalam Bahasa Indonesia. 


Titik penanda ini kemudian dicatat dalam bola dunia tahun 1930, dimana seorang perwira Belanda bernama Herman Neijenhuis ditugaskan untuk menjaga monumen tersebut dari tahun 1936-1940. Dua kali setahun, titik kulminasi sinar Matahari terjadi di sini, yaitu pada Vernal Equinox (21-23 Maret), dan Equinox (September 21-23). Peristiwa ini terjadi setahun dua kali, banyak pengunjung begitu juga masyarakat setempat menanti waktu untuk bisa merasakan keajaiban alam ini selama lima menit. Kata Borneo diyakini berasal dari Pigafetta dan sahabat penjelajah Magellan pada tahun 1521, mereka memberikan nama 'Burne' untuk mengambarkan sebuah pulau yang sangat besar, karena pelaut membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk mengelilingi pulau tersebut. Kalimantan adalah tanah yang kaya batubara, minyak, dan gas, dan tetap menjadi salah satu dari sisa cadangan hutan hujan tropis terbesar di Indonesia.


TRANSPORTA
Anda bisa menuju monumen ini dengan menggunakan taksi, angkutan umum, mobil pribadi, atau kendaraan sewaan ke arah barat Pontianak menuju kabupaten Siantan. Hal pertama yang harus Anda perhatikan adalah sebuah jembatan yang melintasi Sungai Landak yang berarti bahwa Anda telah menyeberangi sungai Kapuas dan berada di sisi lain kota. Monumen hanya berjarak 5 kilometer, berada di ujung utara kota. Karena lalu lintas yang sibuk di sepanjang jalan, perjalanan menuju monumen ini akan memakan waktu sekitar 30 hingga 40 menit.


TIPS
Cari tahu tentang sejarah perkembangan monumen dan renovasi di dalam kubah. Di dalam kubah ini Anda akan menemukan fakta-fakta tentang situs dan data astronomi. Berfoto tepat di bawah monumen dan perhatikan apakah Anda sedang berada di belahan bumi selatan atau belahan bumi barat. Sempatkan untuk membeli sovenir di museum. Sebuah sertifikat akan diberikan saat Anda memasuki museum. Pastikan lokasi titik nol yang tepat dan buat ekperimen ilmiah untuk memastikan penomena alami ketika Anda berdiri di ‘Zone Netral’ dimana Anda tidak bisa melihat bayangan Anda sendiri karena berada di titik nol derajat. Anda bisa berperahu di sungai untuk melihat monumen. Ini memberikan perspektif yang lebih spektakuler saat Anda melihat budaya dan cara hidup masyarakat yang tinggal di tepi sungai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar